LAPORAN PERJALANAN
MUSEUM TOSAN AJI
Sekelumit Tentang Tosan Aji
Tosan aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang yang menunjukkan salah satu identitas budaya bangsa yang sampai kepada kita sekarang. Yang dimaksud Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam besi yang mendapat tempat terhormat (yang dihargai) di mata masyarakat terutama pada masa lampau, diantaranya berupa keris, tombak, pedang,kudi dan menur. Dalam alam pemikiran masyarakat lebih-lebih pada masa lampau Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib/kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat.
Alam pemikiran demikian berproses seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan jaman. Menurut D.G Stibe dan Letkol Uhlenbech dalam Encyclopedie-nya dinyatakan bahwa pada musium Antrhropologi /Ethnografi di Leiden telah disimpan keris yang berasal dan ditemukan di tengah-tengah stupa besar candi Borobudur. Yang diperkirakan keris tersebut sudah tua ketika dimasukkan ke dalam stupa yang kemungkinan sekali bersamaan dengan saat didirikan Candi Borobudur kurang lebih abad VIII. Dengan demikian pada waktu itu Tosan Aji telah mendapatkan tempat tinggi pada dalam kehidupan religi kemasyarakatan sehingga ditempatkan dalam bangunan monumental - religius – Borobudur. Nilai-nilai itulah yang kemungkinan melatar belakangi tingginya harga sebuah Tosan Aji
Sejarah Singkat Museum Tosan Aji
Museum Tosan Aji yang berada di Kabupaten Purworejo diresmikan pada tanggal 12 April 1987 oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah H. Ismail. Museum ini merupakan salah satu sarana untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang yang terdiri dari keris, pedang, kudi cundrik. Tosan Aji diartikan masyarakat sebagai senjata terbuat dari logam besi yang mempunyai kedudukan terhormat pada pandangan mata masyarakat terutama pada masa lampau. Tema Museum tosan aji “Tosan Aji sebagai bukti kemampuan teknologi bangsa kita”
Merupakan satu-satunya museum yang ada di Kabupaten Purworejo tempatnya sangat strategis karena berada di tengah Jantung Kota Purworejo tepatnya di sebelah selatan alun-alun besar Purworejo. Di museum ini tersimpan berbagai macam keris dan tombak yang berasal dan masa Majapahit hingga sekarang. Selain tombak dan lingga, di museum ini pengunjung juga mendapatkan informasi mengenai jenis keris serta bagaimana keris itu dibuat.
Setiap I Muharam atau I Syuro di tempat ini dilaksanakan jamasan atau pencucian senjata tajam dan pusaka yang dilakukan oleh tetua, dan ini tidak terbatas pada dimanfaatkan oleh masyarakat luas pencinta keris.
Museum Tosan Aji merupakan kebanggaan masyarakat Purworejo. Diharapkan dengan museum ini generasi muda lebih mencintai benda-benda pusaka yang ada di museum. Kolam Renang Artha Tirta Terletak di Kelurahan Baledono Kecamatan Purworejo, tempatnya strategis dan mudah dijangkau. Kolam Renang Artha Tirta adalah kolam renang umum dan satu-satunya di Punworejo. Kolam ini merupakan kolam renang dengan standar Internasional terdiri dan 2 bagian yaitu kolam untukanak-anak dan dewasa, dilengkapi dengan locker persewaan alat-alat seperti pelampung, pakaian renang dan kantin. Di lingkungan kolam renang ada tempat untuk hiburan (dangdut dan pagelaran musik) dan tempat lomba motor cross.
Mengenal Tosan Aji
TOSAN AJI terdiri dari dua kata yaitu:
Tosan yang berarti benda yang terbuat dari logam
Aji yang berarti benda yang mempunyai nilai di mata masyarakat
dengan demikian dapat di sinpulkan bahwa
Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam yang mendapatkan tempat terhormat terutama di masyarakat Jawa pada masa lampau, jenis Tosan Aji ini terdiri dari: keris, tumbak, pedang, kudi, patrem (menur).
Tosan Aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang kita yang menunjukkan satu identitas budaya bangsa sampai masa kini.
Dalam alam pemikiran masyarakat tradisional Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib atau kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Seseorang yang dianggap memiliki status sosial yang memadai apabila telah memenuhi seluruh persyaratan-persyaratan sosial kemasyarakatan terutama bagi masyarakat Jawa yaitu: Wisma (rumah), Wanita (isteri), Curiga (tosan aji), Turonggo (kuda), Kukilo (burung).
Alam pemikiran demikian berproses seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan jaman.
Untuk memilih dan mengetahui tosan aji yang baik serta bermutu tinggi ada tiga dasar pemilihan:
1. Sepuh, yakni ketuaan umur jaman pembuatan dan bahan-bahan serta campuran logam yang digunakan betul-betul tua atau tidak.
2. Wutuh, keadaan Tosan Aji betul-betul utuh tidak ada cacatnya atau tidak rusak sedikitpun.
3.Tangguhyang dapat berarti periode pembuatan atau gaya pembuatan. Hal ini serupa dengan misalnya dengan tari Jawa gaya Yogyakarta dan Surakarta. Pemahaman akan tangguh akan membantu mengenali ciri-ciri fisik suatu keris.
Beberapa tangguh yang biasa dikenal:
tangguh Majapahit
tangguh Pajajaran
tangguh Mataram
tangguh Yogyakarta
tangguh Surakarta.
Adapun pembagian tahapan-tahapan periode pembuatan itu adalah sebagai berikut:
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Pengging Witaradya, Kahuripan dan Kediri.
2. Madyo Kuno
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.
3. Sepuh Tengah
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan Blambangan.
4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram
5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.
6. Kamardikan 1945 hingga seterusnya.
Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika. Keris yang diciptakan pada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan.
Untuk memilih dan mengetahui tosan aji yang baik serta bermutu tinggi ada tiga dasar pemilihan yg telah disebutkan di atas
Tetapi sekarang itu bukan menjadi patokan utama karena ada istilah lagi TuhSiRap yang artinya Utuh, Wesi, dan Garap, wesi berkaitan dengan material pembuatnya dan garap adalah kerapihan pembuatannya.
Ada lagi istilah YAMORJASINGUN, yang berarti guwaYA, paMOR, waJA, weSI, dan waNGUN.
Guwaya kesan yang didapat dari melihat sebuah keris. Ada yang kesannya angker / serem, ada yang biasa biasa saja.
Pamor berarti bahan pamor dan jenis pamor. Bila terbuat dari meteor dan berpamor miring / pamor langka maka makin indah.
Waja adalah baja sebagai slorok / ati atau bagian tengah lapisan keris. Bila bajanya wasuhan alias menempa sendiri maka akan bercahaya biru kehijauan dan ini dianggap memiliki nilai lebih daripada baja buatan Krakatau Steel.
Wesi adalah besi, kualitas besi akan nampak berbeda bila telah diwarangi, besi yang baik akan berwarna hitam, sementara yang tidak baik akan berwarna selain hitam, mis: abu abu, dsb,
wangun adalah ketepatan perbandingan ukuran2 keris. Misalnya panjang bilah, condong leleh (kemiringan), panjang greneng, dalamnya sogokan, dsb.
Tata Penyajian
Tata penyajian pameran tetap Museum Tosan Aji, merupakan penataan yang berdasarkan konsepsional oriented, namun tidak melepaskan pula situasi dan kondisi koleksi yang ada dan telah dikumpulkan. Dalam gagasan dari tata penyajian pameran didasari oleh ciri-ciri khusus kebendaannya dan asal daerah penemuannya, sehingga benda koleksi Tosan Aji tersebut dapat merupakan koleksi yang mewakili jaman serta daerahnya.
Konsepsi atau gagasan penyajian pameran tetap berdasarkan dari beberapa koleksi yang telah dimiliki dan ditambah dengan rencana koleksi berikutnya.
Tema yang diterapkan untuk pameran tetap Museum Tosan Aji: “Tosan Aji Sebagai Bukti Kemampuan Teknologi Bangsa Kita.” Dengan demikian maka disusunlah sistematika penyajian yang dibagi 3 (tiga) ruang:
Ruang pertama disebut sebagai ruang Undagi atau Ruang Teknologi, pada ruang ini disajikan koleksi berupa bahan baku yang digunakan untuk membuat tosan aji, terutama yang ditampilkan pada pameran ini adalah bahan baku untuk membuat pamor, nekel, baja dan bentuk secara urut bahan menjadi wujud keris.
Ruang kedua disebut sebagai Ruang Pamor, Dapur dan Warangka, di ruang ini menyajikan keterangan tentang pamor, dapur warangka. Dari masing-masing jenis tersebut ditampilkan pula beberapa contohnya seperti pamor Blarak Ngirit, Dapur Luk dan Dapur Leres. Demikian pula warangka ditampilkan contoh Warangka Gayaman dan Warangka Ladrangan. Di samping itu juga ditampilkan keterangan tentang Ukir dan beberapa contoh dalam bentuk gambar jenis ukiran tersebut. Di akhir ruangan ini disajikan keterangan tentang Tangguh. Di antara keterangan tersebut diselipkan pula bagan Ricikan (bagian-bagian) wilah keris.
Ruang ketiga disebut juga Ruang Kagungan, untuk ruang ini menyajikan keterangan fungsi dan kegunaan Tosan Aji dalam kehidupan masyarakat. Fungsi Tosan Aji yang paling utama dalam kehidupan masyarakat, dan ditampilkan dalam bentuk keterangan pada panil antara lain: Fungsi Praktis, Fungsi Estetis, Fungsi Religius, Fungsi Sosial, Fungsi Simbolik.
Di ruang ini juga di simpan beberapa peninggalan bersejarah yang lainya seperti :
Gamelan Kuno Kyai Cokronegoro, hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati Purworejo pertama “Cokronegoro I” serta beberapa Prasasti, Arca, Lingga, Yoni, Fragmen, Lumpang, Guci, Beliung, Batu Gong,Gerabah, Menhir, dan Fosil.
Salah satu benda cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan masih menjadi "misteri" asal usulnya adalah seperangkat gamelan Cokronagoro I yang tersimpan di Museum Tosan Aji (MTA). Perangkat alat musik Jawa itu diyakini merupakan warisan dari Raja Mataram Sultan Agung dan hingga kini usianya sudah mencapai sekitar 350 tahun.
Benda itu seperti menjadi garis pengikat yang membuktikan adanya keterkaitan antara wilayah Mataram (Ngayogyakarta dan Surakarta) dengan Kabupaten Purworejo yang dulunya bernama Bagelen. Perangkat gamelan itu memang sudah tidak difungsikan lagi. Terakhir dibunyikan lima tahun lalu. "Sekarang tidak dimainkan karena kualitas suara sudah berkurang. Tidak stem lagi," ujar staf MTA, Soebowo.
Bagian gamelan hingga kini masih lengkap di antarnya, gambang gangsa, gambang biasa, demung, demang, saron, bonang, slentem, kenong, kempul, kecer, dan gong kesemuanya terbuat dari perunggu kuno.
Gamelan Kyai Cokronagoro I, menurut sejarah, merupakan hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati Purworejo pertama kala itu, KR Adipati Cokronagoro I. Nama gamelan kemudian ditetapkan sama dengan nama bupati penerimanya.
Hadiah itu merupakan penghargaan pribadi kepada pimpinan wilayah Purworejo sebagai salah satu satu daerah pangkuan Kasunanan Surakarta. "Konon Sri Susuhunan mendapat gamelan itu dari leluhurnya lagi. Raja Mataram II, kami percaya yang dimaksud adalah peninggalan Sultan Agung," ungkap Soebowo.
Disini juga tersimpan jenglot laki laki
Sejak sebulan terakhir, jenglot menjadi “penghuni” baru di obyek wisata sejarah tersebut. Kedatangan jenglot di MTA ini bukan dimaksudkan untuk menggiring logika masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat mistis, tapi keberadaanya dipahami sebagai salah satu produk budaya masyarakat dan layak untuk diketahui.
“Jenglot ini tidak dikaitkan dengan hal-hal yang supranatural. Kami memajangnya hanya ingin menjadikannya sebagai daya tarik wisata baru. Juga agar dipahami masyarakat bahwa jenglot itu bagian dari produk budaya masyarakat, khususnya Jawa,” papar Kepala UPT MTA Tri Yuliana yang ditemui di kantornya, Jumat (19/3).
Dia berharap, MTA yang selama ini sepi pengunjung bisa ramai dengan adanya tambahan koleksi jenglot. Sehingga akan berdampak positif bagi perkembangan sektor pariwisata, khususnya wisata sejarah di Kabuaten Purworejo.
Diceritakan Tri, jenglot yang diberi nama Bethoro Untung itu sebenarnya termasuk “tamu tak diundang”. Kedatangannya dan kemudian menjadi penghuni MTA bermula saat salah satu karyawan MTA bernama Subowo dari temannya yang bernama Untung, warga Magelang.
“Pak Untung datang kesini dan menemui Mas Bowo. Dia membawa jenglot yang kemungkinan laki-laki. Entah pertimbangannya apa, benda itu diberikan Mas Bowo,” ujarnya menjelaskan asal mula koleksi jenglot tersebut.
Namun, setelah mendapatkan barang yang dianggapnya aneh itu, Bowo tidak berani membawanya pulang. Selanjutnya, atas kesepakatan bersama diputuskan disimpan bersama benda bersejarah lainnya di museum.
Dijelaskan Tri, keberadaan jenglot sendiri hingga kini masih menuai kontroversi. Sebagian orang meyakini bahwa jenglot merupakan perwujudan manusia yang sedang menimba ilmu magis dalam jangka waktu yang lama. Sementara sebagian lainnya meyakini jenglot tidak lebih dari sekedar benda pusaka, seperti batu akik atau keris.
Mendasarkan pada berbagai literatur yang dibacanya, Tri menjelaskan adanya sebagian orang yang mengaitkan jenglot dengan ilmu hitam yang memiliki banyak fungsi. Di sisi yang lain, misalnya aspek ilmiah belum bisa dipastikan jenglot sebagai mahkluk hidup karena tidak memiliki organ tubuh.
Ahli forensik di RSCM Jakarta sebenarnya sudah pernah melakukan penelitian dengan berbagai teknik metodologi, termasuk foto scan. Hasilnya, jenglot tidak memiliki organ tubuh vital, seperti jantung, tulang, dan yang lain. Hasil ini secara otomatis meragukan bahwa jenglot termasuk makhluk hidup.
Penelitian lain yang pernah dilakukan dokter Djaja Surya Atmaja PhD, dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid) manusia. Namun Djaja menolak anggapan seolah dia mengakui jenglot sebagai manusia.
Dari penelusuran beberapa literatur, Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1 dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR (polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil positif. Spesimen jenglot itu berasal dari keluarga primata-bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan itu diperkuat dengan kajian mesin PCR.
Lepas dari kontroversi itu, Tri hanya ingin menjadikan MTA sebagai media tempat belajar masyarakat tentang benda-benda bersejarah dan menyertai peradaban umat manusia.
Staf Museum, Subowo menambahkan, untuk menyimpan jenglot tersebut tidak memerlukan persyaratan khusus. Termasuk mitos aneh “mengkonsumsi darah” juga tidak di lakukan. Pihak museum menempatkan jenglot di sebuah toples teransparan dan diletakkan satu ruang bersama gamelan Cokronegoro I dan batu bersejarah.
Jenglot itu memiliki ketinggian sekitar 15 sentimeter dan berwarna hitam pekat. Di bagian tubuhnya banyak ditumbuhi rambut dengan dua taring memanjang di mulutnya. Di bagian bawah pusar dibungkus dengan kain kafan putih. Bagian mata juga sengaja ditutup dengan kain kafan ukuran kecil.
Di akhir tata penyajian pada ruang ini ditampilkan poster yang mengajak pengunjung terutama generasi muda untuk mau meneliti atau mengkaji tentang misteri Tosan Aji.
Teknik Penyajian
Dalam teknik penyajian tata pameran Museum Tosan Aji Jawa Tengah adalah menggunakan sistem:
Pendekatan Intelektual. Teknik pendekatan intelektual ini diterapkan terutama pada Ruang Pertama yakni dalam Ruang Undagi atau Ruang Teknologi. Pada ruang ini banyak dituntut mengenai teknis cara pembuatan tosan aji tersebut, sehingga untuk menguraikan prosesing dari bentuk bahan baku hingga menjadi bentuk yang sempurna harus dapat diurai secara ilmu pengetahuan (intelektual). Sehingga pada ruang ini sedikit banyak yang dapat memahami tata penyajian adalah para terpelajar.
Pendekatan Romantis (evokatif). Penyajian Romantis (evokatif) ini juga diterapkan pada Ruang Pertama yakni Ruang Undagi atau ruang Teknologi, dengan menyajikan bentuk Besalen (bengkel tradisional membuat keris) secara utuh seperti keadaan masih berada di tempat aslinya.
Pendekatan Estetis (keindahan). Tata penyajian pendekatan Estetis (keindahan) ini diterapkan pada keseluruhan penataan Ruang Pameran karena untuk seluruh benda koleksi yang dipamerkan supaya kelihatan menarik maka unsur Estetis penataan harus ada. Dalam hal ini terutama pada penyajian untuk Ruang Kedua, yakni Ruang Pamor, Dapur dan Warangka, namun demikian tidak dapat dihindari juga pada penataan ruang lainnya.
Memang kalau dikaji Museum Tosan Aji ini masih jauh dari sempurna, apalagi yang mengamati para sesepuh dan pakar Tosan Aji. Tetapi perlu diingat sebenarnya sasaran yang paling utama dengan didirikan Museum ini adalah khusus bagi para awam dan terutama generasi muda kita agar mereka dapat sedikit mengetahui tentang Tosan Aji. Sehingga di sini tata pameran yang diterapkan pada museum ini, dititik beratkan untuk penjelasan dasar tentang Tosan Aji dan khususnya keris. Sampai saat ini Museum Tosan Aji masih dalam taraf pengumpulan, perawatan, pelestarian, dan penyajian benda-benda koleksinya.
Sabtu, 29 Mei 2010
Senin, 17 Mei 2010
drama bahasa jawa
JAKA TARUB DADI DUDA
Dina Jemuah…
Suasana sore wis mulai cerah.Udan sing mikine gede….benget be wis mandeg.Srengengene wis mulai katon.Eh…ditambah ana pelangi mentongol neg sisi kulon.Jerene wong-wong tah angger ana pelangi,berarti arep ana bidadari sing arep adus neng bumi.Tapi…bener orane ya mbuh ora ngerti.
Selot sowe…bit…semribit ana ambu-ambuan wangi pisan.Ana apa ya?Suara kemrincing…kemrincing genah epor sekang sisi kulon.
ADEGAN KE I
Byur…Byur…Byur…
Widadari Abang : “ Cihuy…Asik…bisa adus maning.Jen banyune seger pisan.
Wis seminggu ora adus,awake pada pliket,lah jan…segerepol pokoke lah…”
Widadari Jambon : “ Tela iya koh,segere poll.Tapi angger aku ya ora kayak ko.Ko tah dadi Widadari ora tau adus.Mbok siki neng kayangan wis ana pemandian umum.Ora ngerti si…Katro Banget!!!
Widadari Kuning : “ Ih…ya ampyun… sapa kue sing jarang adus.ngisin-isina banget dadi widadari.Masa widadari jarang adus.Kyeh…contoh akyu ya…Saben dina ora tau lat Manycure Pedycure.Jen…ambume mbok wangi pisan kaya kiye…”
Widadari Ijo : “ Lah…ya wis.Anu kaya kue be debahas.Nyong sing pada bae kaya Abang jarang adus be meneng bae koh…”
Widadari Abang : “Duh…Ijo,dadi aku ana batire???Ha…ha…ha…Tos disit yuh…(tos..!!tos..!!tos..!!)
Widadari Ijo : ” Tos…!!!”
Widadari Kuning : ” Ya…ampyun…anu kaya kue be debanggakna.Mbok Jijai ngerti!!Oh…ya,ngomong-ngomong si Ungu,Biru,karo Nila lagi nengendi ya?koh kawit mau ora katon.”
Widadari Jambon : ” Oh…kae wong telu.Ngeneh ya tek omongi.Si Ungu mau wis ijin arep konser disit.Si Biru lagi masak nggo baginda Raja.Trus Si Nila lagi mojok karo pacare.Miki wis tek jeki malah ora gelem bae.Jere mbok kesetrum.”
Widadari Abang : ” Ya…iya lah.Angger de jek ya mengko kesetrum.”
Widadari Jambon : “ Huh…Oon banget sih.Maksude aku kweh…Si Nila intine ora gelem melu ngeneh lah.Jere wis ana simg ngejeki shoping.”
Widadari Kuning : “ Ow…dadi kaya kuwe…”
Neng Prapatan…
ADEGAN KE II
Jaka Tarub : ” Le…le…le…”
Jaka Tole : ” Apa lah…nyong ora budeg.Nyeluki bae.Nyong wis krungu.Ana apa janen.”
Jaka Tarub : ” Gyeh…wetenge aku lara banget,mules…mau esuk kakeen mangan sambel.Batiri boker neng kali yuh.”
Jaka Tole : ” Jen…wis gedene semono,ming kali be njaluk debatiri.Kecing temen.”
Jaka Tarub : “ Lah,aja kaya kuwe lah.Ming batir book…Ayuh lah…”
Jaka Tole : “ Emoh lah.Mbatiri ko ming kali.Mbatiri kweh angger ming kota,shoping,cuci mata apa kepriben.Mbatiri koh ming kali.Bebeh temen.”
Jaka Tarub : “ Oh…kaya kuwe ora gelem mbatiri.Ya wis,mangsa oraha angger neng kali ana sing bening-bening,arep ora tek wei ngerti.”
Butul neng kali…
ADEGAN KE III
Jaka Tarub : “ Aduh jan lega.… pisan…..eh tapi kayta ana sing sejen ya,deneng mambu wangi ana apa ya?kayane ambune sekang kulon.Jajal tek tiliki lah.
Wualah-wuualah apa nyong ora salah weruh,kae widadari lagi pada adus….ce…ce….ce….bening pisan kena nggo cuci mata kiye tah,tombo ngantuk.!!!!!!!!!
Oh ya aku duwe ide cemerlang,tek jukut lah salah siji slendange,talih ora teyeng bali.
Jaka Tarub njukut slendang sing jambon
ADEGAN KE IV
Widadari Ijo : ”Kanca-kanca ayuhlah pada bali maring kayangan,kayane aduse wis cukup,wis keset kiye koh….”
Widadari Kuning : “ Aduh biyung,nyong esih kepengin siblon,dela maning nin…..”
Widadari Abang : “ Tapi kayane wis sore loh,angger domaih Bapa tua kepriHow…..?”
Widadari Jambon : “ Ya wis lah mayuh pada ngandang…..”
Eh…..Slendange nyong neng endi ya?deneng Raib?”
Widadari Kuning : “ Tape deh….miki mbok wis de selah ngkono lah,degolet maning jajal?”
Widadari Jambon : “ Wis koh tapi ne ora nana,kepriHow yah,mengko nyong ora teyeng bali kepriwe biyunge-biyunge,……”
WidadariAbang : “ Ayuh cepetan wis sore mbok,Aku,Ijo karo Kuning bali disit nin..”
Widadari Jambon :” La nyong Keprihow neng kene,masa nyong detinggal dewekan?moh lah….moh…”
Widadari Ijo : “ Yaw is lah.Trima bae nasibe ko.”
Widadari Kuning : “ Mbon,aku pada bali disit ya…I’m sorry Good By….Sorry dory Stroberi Ya….”
Widadari Jambon akhire detinggal dewekan.Langka sing gelem mbatiri……
Ijik-ijik….Jaka Tarub teka kaya dadi pahlawan bae….
ADEGAN KE V
Widadari Jambon : “ Hikk…hikss…hiks…slendange nyong nengendi lah…kepriwe kiye…biyungelah…bapane….”
Jaka Tarub : “ Eh…Cah ayu,kenang apa nangis neng kono dewekan.Wis gedene semono masa nangis.Apa ora isin…”
Widadari Jambon : “ Slendange inyong ilang.”
Jaka Tarub ; “ Deneng bias ilang sich…”
Widadari Jambon : “ Hah!!!!Sapa kuwe sing takon.Deneng langka wujude.”
Jaka Tarub : “ Kiye aku neng kene.Nylinguk mburi ya….”
Widadari Jambon : “ Subhanalloh….!!!Rika sapa??Deneng ijik-ijik bisa neng kono.”
Jaka Tarub : ” Oh…Ko ora ngerti aku ya..?Ya wis,perkenalken,Aku Jaka Tarub.Pemuda sing paling cakep,paling ganteng,paling joss neng desa kiye,kaya kuwe.Nah siki giliran aku sing arep takon.Cah ayu dewek jenenge sapa,truz bisane neng kene anu kepriben critane.”
Widadari Jambon : ” Dadi rika Jaka Tarub.Anu sing cokan nggaweni tarub angger ana manten ya…?”
Jaka Tarub : ” Sembarangan…Kiye Jaka Tarub,udu tukang nggaweni tarub.”
Widadari Jambon : ” Oh…kaya kuwe.Ya wis,giliran aku yah.Aku kuwe Widadari Jambon.Nama bekenne Nawang Sasi.Aku teka sekang khayangan.Tapi sing dadi masalah,siki aku ora teyeng bali khayangan.Soale slendange aku ilang.”
Jaka Tarub : ”Ow…dadi kaya kuwe critane.Melasi temen…Ya wis,siki ko melu ksro aku bae yuh.”
Widadari Jambon : ” Melu maring ngendi lah.”
Jaka Tarub : ” Aja kakeyen takon si ngapa.Gari melu bae koh.Apa ko gelem tek tinggal dewekan neng kene.Hayuh…gelem ora?Mbok cokane angger wengi-wengi ana sing ngawe-awe.”
Widadari Jambon : ”Apa iya..!!!Lah ya emong.”
Jaka Tarub : ” Ya wis,mangkane melu aku bae.Sante bae..arep ora de apak-apakna ora.”
Widadari Jambon : “ Cak lho..!!!Ya wis,siki aku melu sampeyan.Tapi angger sampeyan macem-macem,tek tutuk lho…”
Jaka Tarub : “ Iya lah…”
Sa’wise kaya kuwe,Widadari Jambon akhire melu Jaka Tarub.Mbarang wis
Suwe…akhire Jaka Tarub karo Widadari Jambon pada seneng-senengan.
Banjur,akhire pengantenen.Lan akhire dikaruniai anak lanang.
ADEGAN KE VI
Para Widadari sing maune pada bali khayangan teka maning.Para Widadari
Kuwe olih perintah sekang Papih Raja supaya njemput Nawang Sasi bali.
Widadari Kuning : ” Mbon…Kepriwe kabare?Apik-apik bae mbok? Lawas ora ketemu ya…”
Widadari Jambon : ”Eh…Abang,Ijo,Kining.Aku apik-apik bae neng kene koh.Priwe kabare ko pada.Waras kabeh mbok.Kabare papih raja kepriwe?
Widadari Ijo : ”Aku karo kanca-kanca neng kana ya pada asih waras kabeh.”
Widadari Abang : ”Jen Aku tah heran karo ko.Bisane betah neng bumi.Ana apa janen.”
Widadari Jambon : ”Gyeh,tek critakna ya,Aku neng kene ketemu karo cowo sing ganteng banget.Jenenge Jaka Tarub.Kae sing nulungi aku pas aku detinggal neng ko pada.Trus siki aku wis mbojo karo Jaka Tarub, malah siki aku wis duwe anak lanang siji.Ya gantenge ora kalah kaya bapane.Jenenge Jaka Tajam.Di jukut sekang Ta sing berarti Tarub,Jam berarti Jambon.Keren mbok.
Widadari Abang : ”Ow…kaya kuwe critane.”
Widadari Jambon : ” Nah,ngomong-ngomong ko pada janen ming ngeneh dalam rangka apa?Tumben teka ngeneh.”
Widadari Kuning : ” Kaya kiye critane.Aku,Ijo,karo Abang diutus neng papih raja supaya njemput ko bali khayangan.Nggo ngapa urip neng kene.Ora kepenak ora.Asih mending urip neng khayangan.Apa-apa ana.”
Widadari Jambon : “ Tapi pangapura ya kanca-kanca.Aku ora bisa melu ko pada.Soale aku wis betah neng bumi.Maningan mengko nasibe anak bojone nyong kepriwe.Aku asih kepengin neng kene.”
Widadari Ijo : ” Dadi kye nyong sia-sia ming ngeneh.Aja kaya kuwe sih ngapa?”
Widadari Jambon : “ Sepisan maning pangapura lah ya.Aku ora bisa.”
Widadari Kuning : ” Ya wis angger kaya kuwe karepe ko.Tapi aku pada asih tetep ngarepna ko balik khayangan maning.Aku arep ora maksa.Sing penting ko seneng nyong ya melu seneng.”
Widadari Jambon : ” Makasih ya…wis pada pengertian karo aku.”
Widadari Abang : ” Ya wis,yuh pada bali.Wis sore kyeh.Mendung maning.Mengko neng ndalan kudanen kepriwe.”
Widadari Kuning : ”Mbon,aku bali ya…Da…dah……”
Para widadari kuwe akhire bali khayangan.Tapi Widadari Jambon tetep ora gelem bali.
Neng Ngumah………..
ADEGAN KE VII
Jaka Tarub : ” Yang….Gawekna wedang kopi ngeneh.Sore-sore kaya kiye kayane asik pisan medang kopi.”
Widadari Jambon : ” ya.Sabar.”
Jaka Tarub : ” Pancen angger rejeki ora gadang mingendi-ngendi.Bisa olih widadari sing ayu mbok apa ora josss pisan.Angger ganu ora tek jukut slendange,ndean aku ora bisa urip seneng kaya kiye.Tapi aja nganti Si Nawang ngerti.Angger ngerti brabe kyeh.Bisa kabur balik khayangan maning.Mengko aku dadi duda.Sorry ya…”
Widadari Jambon : ” Jen…bapake,karepe aben sore medang…bae.Apa ora bosen.”
Jaka Tarub : ” Ya ora koh.Wong sing nggawekna be bojone nyong sing paling….ayu.Jen,ayu pisan pokoke lah.”
Widadari Jambon : ” Bapake tah senenge gombal lho…mesti anu ana karepe.”
Jaka Tarub : ” Ngerti Bae.”
Widadari Jambon : ” Oh ya Pak.Berase wis entong.Ngesuk adange kepriwe?”
Jaka Tarub : “ Mbok beras sing wingi asih.Sedela temen entonge.”
Widadari Jambon : “ Asih jeer sinten.Wong wis bersih klimit koh.”
Jaka Tarub : “ Oh ya,neng lumbung beras pedangan sebelah kulon toli asih ana berase.Wingi ana kiriman beras sekang kang Daslam.”
Widadari Jambon : “ Jajal tek tiliki ya Pak.”
Jaka Tarub : ”Ya nganah.”
Neng lumbung beras kuwe,ijik-ijik Widadari Jambon nemu slendang warna
Jambon.Mirip kaya slendange sing ganu ilang.Widadari Jambon curiga,apa
Iya, Jaka Tarub sing njukut slendange.
Widadari Jambon kesuuuuh…pisan.
ADEGAN KE VIII
Widadari Jambon : “ Pak, aku arep takon.Penting benget!!!Kye masalah slendange nyong sing ganu ilang.Pak,kenapa bisa slendange aku ana neng lumbung wadah beras?Andang-andang,Bapak sing njukut slendange aku ganu ya…???
Jaka Tarub : ”Hah…slendang?Slendang apa?Aku ora ngerti.”
Widadari Jambon : “ Lah…usah mungkir.Ngaku bae Pak.Aku bener-bener kecewa karo bapak.Wis tek bela-belani ora balik khayangan,eh ternyata sing njukut slendange aku ganu malah wong sing paling aku tresnani.
Teganya….teganya….teganya…
Jaka Tarub : ” Pangapurane Yang…Aku bener-bener njaluk pangapura.Aku ora ngerti bakalan kaya kiye akhire.”
Widadari Jambon ; ”Pak…aku kuciwa…kuciwa.Sedih atiku…”
Aku ora bisa kaya kiye terus.Aku wis dilomboni.Aku kudu lunga sekang ngene.Pak,tulung jaga Jaka Tajam sing bener.Aku titip tulung derumat.Aja ngasi kurangen pangan.Wis…Aku lunga ya…Slamat tinggal…..
Jaka Tarub : ” Yang….aja lunga lah…aja tinggalna aku dewekan neng kene.Melasi Jaka Tajam.Masa aku dadi DUDA…..
He…he…Hiks…hiks….
Widadari Jambon akhire balik maring khayangan.Anak siji-sijine karo bojone
Detinggal lunga dewekan.Saben ana pelangi,Widadari Jambon ngintip
keadaane anake sekang langit.
Jaka Tarub banjur dadi DUDA……………………
TAMAT
Dina Jemuah…
Suasana sore wis mulai cerah.Udan sing mikine gede….benget be wis mandeg.Srengengene wis mulai katon.Eh…ditambah ana pelangi mentongol neg sisi kulon.Jerene wong-wong tah angger ana pelangi,berarti arep ana bidadari sing arep adus neng bumi.Tapi…bener orane ya mbuh ora ngerti.
Selot sowe…bit…semribit ana ambu-ambuan wangi pisan.Ana apa ya?Suara kemrincing…kemrincing genah epor sekang sisi kulon.
ADEGAN KE I
Byur…Byur…Byur…
Widadari Abang : “ Cihuy…Asik…bisa adus maning.Jen banyune seger pisan.
Wis seminggu ora adus,awake pada pliket,lah jan…segerepol pokoke lah…”
Widadari Jambon : “ Tela iya koh,segere poll.Tapi angger aku ya ora kayak ko.Ko tah dadi Widadari ora tau adus.Mbok siki neng kayangan wis ana pemandian umum.Ora ngerti si…Katro Banget!!!
Widadari Kuning : “ Ih…ya ampyun… sapa kue sing jarang adus.ngisin-isina banget dadi widadari.Masa widadari jarang adus.Kyeh…contoh akyu ya…Saben dina ora tau lat Manycure Pedycure.Jen…ambume mbok wangi pisan kaya kiye…”
Widadari Ijo : “ Lah…ya wis.Anu kaya kue be debahas.Nyong sing pada bae kaya Abang jarang adus be meneng bae koh…”
Widadari Abang : “Duh…Ijo,dadi aku ana batire???Ha…ha…ha…Tos disit yuh…(tos..!!tos..!!tos..!!)
Widadari Ijo : ” Tos…!!!”
Widadari Kuning : ” Ya…ampyun…anu kaya kue be debanggakna.Mbok Jijai ngerti!!Oh…ya,ngomong-ngomong si Ungu,Biru,karo Nila lagi nengendi ya?koh kawit mau ora katon.”
Widadari Jambon : ” Oh…kae wong telu.Ngeneh ya tek omongi.Si Ungu mau wis ijin arep konser disit.Si Biru lagi masak nggo baginda Raja.Trus Si Nila lagi mojok karo pacare.Miki wis tek jeki malah ora gelem bae.Jere mbok kesetrum.”
Widadari Abang : ” Ya…iya lah.Angger de jek ya mengko kesetrum.”
Widadari Jambon : “ Huh…Oon banget sih.Maksude aku kweh…Si Nila intine ora gelem melu ngeneh lah.Jere wis ana simg ngejeki shoping.”
Widadari Kuning : “ Ow…dadi kaya kuwe…”
Neng Prapatan…
ADEGAN KE II
Jaka Tarub : ” Le…le…le…”
Jaka Tole : ” Apa lah…nyong ora budeg.Nyeluki bae.Nyong wis krungu.Ana apa janen.”
Jaka Tarub : ” Gyeh…wetenge aku lara banget,mules…mau esuk kakeen mangan sambel.Batiri boker neng kali yuh.”
Jaka Tole : ” Jen…wis gedene semono,ming kali be njaluk debatiri.Kecing temen.”
Jaka Tarub : “ Lah,aja kaya kuwe lah.Ming batir book…Ayuh lah…”
Jaka Tole : “ Emoh lah.Mbatiri ko ming kali.Mbatiri kweh angger ming kota,shoping,cuci mata apa kepriben.Mbatiri koh ming kali.Bebeh temen.”
Jaka Tarub : “ Oh…kaya kuwe ora gelem mbatiri.Ya wis,mangsa oraha angger neng kali ana sing bening-bening,arep ora tek wei ngerti.”
Butul neng kali…
ADEGAN KE III
Jaka Tarub : “ Aduh jan lega.… pisan…..eh tapi kayta ana sing sejen ya,deneng mambu wangi ana apa ya?kayane ambune sekang kulon.Jajal tek tiliki lah.
Wualah-wuualah apa nyong ora salah weruh,kae widadari lagi pada adus….ce…ce….ce….bening pisan kena nggo cuci mata kiye tah,tombo ngantuk.!!!!!!!!!
Oh ya aku duwe ide cemerlang,tek jukut lah salah siji slendange,talih ora teyeng bali.
Jaka Tarub njukut slendang sing jambon
ADEGAN KE IV
Widadari Ijo : ”Kanca-kanca ayuhlah pada bali maring kayangan,kayane aduse wis cukup,wis keset kiye koh….”
Widadari Kuning : “ Aduh biyung,nyong esih kepengin siblon,dela maning nin…..”
Widadari Abang : “ Tapi kayane wis sore loh,angger domaih Bapa tua kepriHow…..?”
Widadari Jambon : “ Ya wis lah mayuh pada ngandang…..”
Eh…..Slendange nyong neng endi ya?deneng Raib?”
Widadari Kuning : “ Tape deh….miki mbok wis de selah ngkono lah,degolet maning jajal?”
Widadari Jambon : “ Wis koh tapi ne ora nana,kepriHow yah,mengko nyong ora teyeng bali kepriwe biyunge-biyunge,……”
WidadariAbang : “ Ayuh cepetan wis sore mbok,Aku,Ijo karo Kuning bali disit nin..”
Widadari Jambon :” La nyong Keprihow neng kene,masa nyong detinggal dewekan?moh lah….moh…”
Widadari Ijo : “ Yaw is lah.Trima bae nasibe ko.”
Widadari Kuning : “ Mbon,aku pada bali disit ya…I’m sorry Good By….Sorry dory Stroberi Ya….”
Widadari Jambon akhire detinggal dewekan.Langka sing gelem mbatiri……
Ijik-ijik….Jaka Tarub teka kaya dadi pahlawan bae….
ADEGAN KE V
Widadari Jambon : “ Hikk…hikss…hiks…slendange nyong nengendi lah…kepriwe kiye…biyungelah…bapane….”
Jaka Tarub : “ Eh…Cah ayu,kenang apa nangis neng kono dewekan.Wis gedene semono masa nangis.Apa ora isin…”
Widadari Jambon : “ Slendange inyong ilang.”
Jaka Tarub ; “ Deneng bias ilang sich…”
Widadari Jambon : “ Hah!!!!Sapa kuwe sing takon.Deneng langka wujude.”
Jaka Tarub : “ Kiye aku neng kene.Nylinguk mburi ya….”
Widadari Jambon : “ Subhanalloh….!!!Rika sapa??Deneng ijik-ijik bisa neng kono.”
Jaka Tarub : ” Oh…Ko ora ngerti aku ya..?Ya wis,perkenalken,Aku Jaka Tarub.Pemuda sing paling cakep,paling ganteng,paling joss neng desa kiye,kaya kuwe.Nah siki giliran aku sing arep takon.Cah ayu dewek jenenge sapa,truz bisane neng kene anu kepriben critane.”
Widadari Jambon : ” Dadi rika Jaka Tarub.Anu sing cokan nggaweni tarub angger ana manten ya…?”
Jaka Tarub : ” Sembarangan…Kiye Jaka Tarub,udu tukang nggaweni tarub.”
Widadari Jambon : ” Oh…kaya kuwe.Ya wis,giliran aku yah.Aku kuwe Widadari Jambon.Nama bekenne Nawang Sasi.Aku teka sekang khayangan.Tapi sing dadi masalah,siki aku ora teyeng bali khayangan.Soale slendange aku ilang.”
Jaka Tarub : ”Ow…dadi kaya kuwe critane.Melasi temen…Ya wis,siki ko melu ksro aku bae yuh.”
Widadari Jambon : ” Melu maring ngendi lah.”
Jaka Tarub : ” Aja kakeyen takon si ngapa.Gari melu bae koh.Apa ko gelem tek tinggal dewekan neng kene.Hayuh…gelem ora?Mbok cokane angger wengi-wengi ana sing ngawe-awe.”
Widadari Jambon : ”Apa iya..!!!Lah ya emong.”
Jaka Tarub : ” Ya wis,mangkane melu aku bae.Sante bae..arep ora de apak-apakna ora.”
Widadari Jambon : “ Cak lho..!!!Ya wis,siki aku melu sampeyan.Tapi angger sampeyan macem-macem,tek tutuk lho…”
Jaka Tarub : “ Iya lah…”
Sa’wise kaya kuwe,Widadari Jambon akhire melu Jaka Tarub.Mbarang wis
Suwe…akhire Jaka Tarub karo Widadari Jambon pada seneng-senengan.
Banjur,akhire pengantenen.Lan akhire dikaruniai anak lanang.
ADEGAN KE VI
Para Widadari sing maune pada bali khayangan teka maning.Para Widadari
Kuwe olih perintah sekang Papih Raja supaya njemput Nawang Sasi bali.
Widadari Kuning : ” Mbon…Kepriwe kabare?Apik-apik bae mbok? Lawas ora ketemu ya…”
Widadari Jambon : ”Eh…Abang,Ijo,Kining.Aku apik-apik bae neng kene koh.Priwe kabare ko pada.Waras kabeh mbok.Kabare papih raja kepriwe?
Widadari Ijo : ”Aku karo kanca-kanca neng kana ya pada asih waras kabeh.”
Widadari Abang : ”Jen Aku tah heran karo ko.Bisane betah neng bumi.Ana apa janen.”
Widadari Jambon : ”Gyeh,tek critakna ya,Aku neng kene ketemu karo cowo sing ganteng banget.Jenenge Jaka Tarub.Kae sing nulungi aku pas aku detinggal neng ko pada.Trus siki aku wis mbojo karo Jaka Tarub, malah siki aku wis duwe anak lanang siji.Ya gantenge ora kalah kaya bapane.Jenenge Jaka Tajam.Di jukut sekang Ta sing berarti Tarub,Jam berarti Jambon.Keren mbok.
Widadari Abang : ”Ow…kaya kuwe critane.”
Widadari Jambon : ” Nah,ngomong-ngomong ko pada janen ming ngeneh dalam rangka apa?Tumben teka ngeneh.”
Widadari Kuning : ” Kaya kiye critane.Aku,Ijo,karo Abang diutus neng papih raja supaya njemput ko bali khayangan.Nggo ngapa urip neng kene.Ora kepenak ora.Asih mending urip neng khayangan.Apa-apa ana.”
Widadari Jambon : “ Tapi pangapura ya kanca-kanca.Aku ora bisa melu ko pada.Soale aku wis betah neng bumi.Maningan mengko nasibe anak bojone nyong kepriwe.Aku asih kepengin neng kene.”
Widadari Ijo : ” Dadi kye nyong sia-sia ming ngeneh.Aja kaya kuwe sih ngapa?”
Widadari Jambon : “ Sepisan maning pangapura lah ya.Aku ora bisa.”
Widadari Kuning : ” Ya wis angger kaya kuwe karepe ko.Tapi aku pada asih tetep ngarepna ko balik khayangan maning.Aku arep ora maksa.Sing penting ko seneng nyong ya melu seneng.”
Widadari Jambon : ” Makasih ya…wis pada pengertian karo aku.”
Widadari Abang : ” Ya wis,yuh pada bali.Wis sore kyeh.Mendung maning.Mengko neng ndalan kudanen kepriwe.”
Widadari Kuning : ”Mbon,aku bali ya…Da…dah……”
Para widadari kuwe akhire bali khayangan.Tapi Widadari Jambon tetep ora gelem bali.
Neng Ngumah………..
ADEGAN KE VII
Jaka Tarub : ” Yang….Gawekna wedang kopi ngeneh.Sore-sore kaya kiye kayane asik pisan medang kopi.”
Widadari Jambon : ” ya.Sabar.”
Jaka Tarub : ” Pancen angger rejeki ora gadang mingendi-ngendi.Bisa olih widadari sing ayu mbok apa ora josss pisan.Angger ganu ora tek jukut slendange,ndean aku ora bisa urip seneng kaya kiye.Tapi aja nganti Si Nawang ngerti.Angger ngerti brabe kyeh.Bisa kabur balik khayangan maning.Mengko aku dadi duda.Sorry ya…”
Widadari Jambon : ” Jen…bapake,karepe aben sore medang…bae.Apa ora bosen.”
Jaka Tarub : ” Ya ora koh.Wong sing nggawekna be bojone nyong sing paling….ayu.Jen,ayu pisan pokoke lah.”
Widadari Jambon : ” Bapake tah senenge gombal lho…mesti anu ana karepe.”
Jaka Tarub : ” Ngerti Bae.”
Widadari Jambon : ” Oh ya Pak.Berase wis entong.Ngesuk adange kepriwe?”
Jaka Tarub : “ Mbok beras sing wingi asih.Sedela temen entonge.”
Widadari Jambon : “ Asih jeer sinten.Wong wis bersih klimit koh.”
Jaka Tarub : “ Oh ya,neng lumbung beras pedangan sebelah kulon toli asih ana berase.Wingi ana kiriman beras sekang kang Daslam.”
Widadari Jambon : “ Jajal tek tiliki ya Pak.”
Jaka Tarub : ”Ya nganah.”
Neng lumbung beras kuwe,ijik-ijik Widadari Jambon nemu slendang warna
Jambon.Mirip kaya slendange sing ganu ilang.Widadari Jambon curiga,apa
Iya, Jaka Tarub sing njukut slendange.
Widadari Jambon kesuuuuh…pisan.
ADEGAN KE VIII
Widadari Jambon : “ Pak, aku arep takon.Penting benget!!!Kye masalah slendange nyong sing ganu ilang.Pak,kenapa bisa slendange aku ana neng lumbung wadah beras?Andang-andang,Bapak sing njukut slendange aku ganu ya…???
Jaka Tarub : ”Hah…slendang?Slendang apa?Aku ora ngerti.”
Widadari Jambon : “ Lah…usah mungkir.Ngaku bae Pak.Aku bener-bener kecewa karo bapak.Wis tek bela-belani ora balik khayangan,eh ternyata sing njukut slendange aku ganu malah wong sing paling aku tresnani.
Teganya….teganya….teganya…
Jaka Tarub : ” Pangapurane Yang…Aku bener-bener njaluk pangapura.Aku ora ngerti bakalan kaya kiye akhire.”
Widadari Jambon ; ”Pak…aku kuciwa…kuciwa.Sedih atiku…”
Aku ora bisa kaya kiye terus.Aku wis dilomboni.Aku kudu lunga sekang ngene.Pak,tulung jaga Jaka Tajam sing bener.Aku titip tulung derumat.Aja ngasi kurangen pangan.Wis…Aku lunga ya…Slamat tinggal…..
Jaka Tarub : ” Yang….aja lunga lah…aja tinggalna aku dewekan neng kene.Melasi Jaka Tajam.Masa aku dadi DUDA…..
He…he…Hiks…hiks….
Widadari Jambon akhire balik maring khayangan.Anak siji-sijine karo bojone
Detinggal lunga dewekan.Saben ana pelangi,Widadari Jambon ngintip
keadaane anake sekang langit.
Jaka Tarub banjur dadi DUDA……………………
TAMAT
Sabtu, 08 Mei 2010
Kapal Nabi Nuh Ditemukan di Turki
Bahtera (kapal) Nuh telah lama menjadi kontroversi di dunia arkeologi. Sejarah mencatat bahwa Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat sebuah bahtera karena Tuhan berniat menurunkan hujan maha lebat ke bumi. Al-Quran mengisahkan bahwa Nuh mentaati perintah tersebut dan tepat pada waktu yang telah ditentukan Tuhan, maka turunlah hujan yang sangat lebat ke muka bumi dan menenggelamkan semua makhluk hidup yang ada. Nuh beserta keluarganya dan binatang-binatang yang diselamatkannya kemudian mengapung bersama bahtera tersebut.
Kisah tersebutkemudian menjadi bahan perbincangan yang hangat di kalangan sejarawan dan arkeolog. Ada pihak yang mendukung bahwa kisah tersebut adalah nyata, namun ada juga yang menganggapnya hanya sekedar dongeng. Namun, perdebatan tersebut kini berakhir dengan telah ditemukannya bukti-bukti ilmiah berkaitan dengan kisah tersebut. Sisa-sisa bahtera tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang Kapten angkatan darat dari militer Turki. Ia menemukannya secara tidak sengaja pada waktu meneliti foto-foto wilayah pegunungan Ararat. Kemudian untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, diundanglah ahli-ahli arkeologi dari Amerika Serikat untuk meneliti keabsahannya.
Pada ekspedisi ilmiah yang kemudian dilakukan pada ketinggian 7000 kaki, sekitar 20 mil sebelah selatan puncak gunung Ararat, mereka menemukan sebuah kapal sepanjang kira-kira 500 kaki yang telah membatu. Pengukuran yang kemudian dilakukan pada obyek tersebut menghasilkan suatu kesimpulan yang mencengangkan, karena ukuran panjang, lebar dan tinggi penemuan arkelogi tersebut sama persis dengan ukuran bahtera Nuh . Saat ini, lokasi penemuan bahtera tersebut telah menjadi obyek wisata yang dapat dikunjungi semua orang.
Seumber info: http://www.7qnews.blogspot.com
Kisah tersebutkemudian menjadi bahan perbincangan yang hangat di kalangan sejarawan dan arkeolog. Ada pihak yang mendukung bahwa kisah tersebut adalah nyata, namun ada juga yang menganggapnya hanya sekedar dongeng. Namun, perdebatan tersebut kini berakhir dengan telah ditemukannya bukti-bukti ilmiah berkaitan dengan kisah tersebut. Sisa-sisa bahtera tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang Kapten angkatan darat dari militer Turki. Ia menemukannya secara tidak sengaja pada waktu meneliti foto-foto wilayah pegunungan Ararat. Kemudian untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, diundanglah ahli-ahli arkeologi dari Amerika Serikat untuk meneliti keabsahannya.
Pada ekspedisi ilmiah yang kemudian dilakukan pada ketinggian 7000 kaki, sekitar 20 mil sebelah selatan puncak gunung Ararat, mereka menemukan sebuah kapal sepanjang kira-kira 500 kaki yang telah membatu. Pengukuran yang kemudian dilakukan pada obyek tersebut menghasilkan suatu kesimpulan yang mencengangkan, karena ukuran panjang, lebar dan tinggi penemuan arkelogi tersebut sama persis dengan ukuran bahtera Nuh . Saat ini, lokasi penemuan bahtera tersebut telah menjadi obyek wisata yang dapat dikunjungi semua orang.
Seumber info: http://www.7qnews.blogspot.com
Museum Tosan Aji
Sekelumit Tentang Tosan Aji
Tosan aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang yang menunjukkan salah satu identitas budaya bangsa yang sampai kepada kita sekarang. Yang dimaksud Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam besi yang mendapat tempat terhormat (yang dihargai) di mata masyarakat terutama pada masa lampau, diantaranya berupa keris, tombak, pedang,kudi dan menur. Dalam alam pemikiran masyarakat lebih-lebih pada masa lampau Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib/kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat.
Alam pemikiran demikian berproses seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan jaman. Menurut D.G Stibe dan Letkol Uhlenbech dalam Encyclopedie-nya dinyatakan bahwa pada musium Antrhropologi /Ethnografi di Leiden telah disimpan keris yang berasal dan ditemukan di tengah-tengah stupa besar candi Borobudur. Yang diperkirakan keris tersebut sudah tua ketika dimasukkan ke dalam stupa yang kemungkinan sekali bersamaan dengan saat didirikan Candi Borobudur kurang lebih abad VIII. Dengan demikian pada waktu itu Tosan Aji telah mendapatkan tempat tinggi pada dalam kehidupan religi kemasyarakatan sehingga ditempatkan dalam bangunan monumental - religius – Borobudur. Nilai-nilai itulah yang kemungkinan melatar belakangi tingginya harga sebuah Tosan Aji
Sejarah Singkat Museum Tosan Aji
Museum Tosan Aji Purworejo diprakarsai pendiriannya oleh Menteri Dalam Negeri Bpk. Soepardjo Rustam. Sedangkan peresmian Museum Tosan Aji Purworejo oleh Gubernur KDH Tingkat 1 Jawa Tengah Bpk. Ismail pada tanggal 13 April 1987. Lokasi Museum pada waktu itu terletak di Pendopo Kawedanan Kutoarjo.
Pada tanggal 10 Juni 2001 oleh Pemerintahan Kabupaten Purworejo, koleksi Museum Tosan Aji Purworejo dipindah dari Kutoarjo ke Kota Purworejo menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada jaman Belanda yaitu di Jln. Mayjend Sutoyo no 10 atau di sebelah selatan Alun-Alun Purworejo sebagai upaya mewujudkan lokasi wisata terpadu meliputi beberapa bangunan bersejarah seperti Masjid Agung Darul Mutaqin di sebelah barat alun-alun dengan Bedug Pendowonya terbesar di Indonesia mungkin di dunia, Pendopo Kabupaten Purworejo di sebelah utara alun-alun, Gereja GPIB di sebelah timur dan sebelah selatan bangunan kantor Setda Purworejo dan Museum
Peranan dan Harapan
Museum Tosan Aji Purworejo merupakan museum khusus yang hanya menyajikan satu jenis koleksi yaitu Tosan Aji, akan tetapi pada perkembangannya Museum Tosan Aji tidak hanya menampilkan koleksi Tosan Aji saja, namun juga menampilkan berbagai koleksi Benda cagar budaya yang banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Purworejo, baik pada masa prasejarah maupun pada masa klasik. Koleksi pusaka yang dimiliki lebih dari 1000 bilah terdiri dari Keris, Pedang, Tombak,Kujang/kudi, Cundrik, Granggang yang berasal dari masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit hingga sekarang, dan tersimpan pula benda-benda cagar budaya lainnya seperti Gamelan Kuno Kyai Cokronegoro, hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati Purworejo pertama “Cokronegoro I” serta beberapa Prasasti, Arca, Lingga, Yoni, Fragmen, Lumpang, Guci, Beliung, Batu Gong,Gerabah, Menhir, dan Fosil.
Peran Museum Tosan Aji sebagai tempat wisata edukatif dengan menyajikan koleksi dan informasi yang banyak dibutuhkan untuk pendidikan sejarah serta sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan dan bernilai tinggi.
Harapannya pengunjung mampu mengadakan perenungan dan pengkajian tentang nilai-nilai luhur melalui koleksi-koleksi yang dipamerkan serta dapat mengambil hikah sebagai pesan sejarah yang harus diselamatkan sehingga dapat mensikapi perkembangan di kemudian hari yang penuh kompetitif
Tosan aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang yang menunjukkan salah satu identitas budaya bangsa yang sampai kepada kita sekarang. Yang dimaksud Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam besi yang mendapat tempat terhormat (yang dihargai) di mata masyarakat terutama pada masa lampau, diantaranya berupa keris, tombak, pedang,kudi dan menur. Dalam alam pemikiran masyarakat lebih-lebih pada masa lampau Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib/kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat.
Alam pemikiran demikian berproses seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan jaman. Menurut D.G Stibe dan Letkol Uhlenbech dalam Encyclopedie-nya dinyatakan bahwa pada musium Antrhropologi /Ethnografi di Leiden telah disimpan keris yang berasal dan ditemukan di tengah-tengah stupa besar candi Borobudur. Yang diperkirakan keris tersebut sudah tua ketika dimasukkan ke dalam stupa yang kemungkinan sekali bersamaan dengan saat didirikan Candi Borobudur kurang lebih abad VIII. Dengan demikian pada waktu itu Tosan Aji telah mendapatkan tempat tinggi pada dalam kehidupan religi kemasyarakatan sehingga ditempatkan dalam bangunan monumental - religius – Borobudur. Nilai-nilai itulah yang kemungkinan melatar belakangi tingginya harga sebuah Tosan Aji
Sejarah Singkat Museum Tosan Aji
Museum Tosan Aji Purworejo diprakarsai pendiriannya oleh Menteri Dalam Negeri Bpk. Soepardjo Rustam. Sedangkan peresmian Museum Tosan Aji Purworejo oleh Gubernur KDH Tingkat 1 Jawa Tengah Bpk. Ismail pada tanggal 13 April 1987. Lokasi Museum pada waktu itu terletak di Pendopo Kawedanan Kutoarjo.
Pada tanggal 10 Juni 2001 oleh Pemerintahan Kabupaten Purworejo, koleksi Museum Tosan Aji Purworejo dipindah dari Kutoarjo ke Kota Purworejo menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada jaman Belanda yaitu di Jln. Mayjend Sutoyo no 10 atau di sebelah selatan Alun-Alun Purworejo sebagai upaya mewujudkan lokasi wisata terpadu meliputi beberapa bangunan bersejarah seperti Masjid Agung Darul Mutaqin di sebelah barat alun-alun dengan Bedug Pendowonya terbesar di Indonesia mungkin di dunia, Pendopo Kabupaten Purworejo di sebelah utara alun-alun, Gereja GPIB di sebelah timur dan sebelah selatan bangunan kantor Setda Purworejo dan Museum
Peranan dan Harapan
Museum Tosan Aji Purworejo merupakan museum khusus yang hanya menyajikan satu jenis koleksi yaitu Tosan Aji, akan tetapi pada perkembangannya Museum Tosan Aji tidak hanya menampilkan koleksi Tosan Aji saja, namun juga menampilkan berbagai koleksi Benda cagar budaya yang banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Purworejo, baik pada masa prasejarah maupun pada masa klasik. Koleksi pusaka yang dimiliki lebih dari 1000 bilah terdiri dari Keris, Pedang, Tombak,Kujang/kudi, Cundrik, Granggang yang berasal dari masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit hingga sekarang, dan tersimpan pula benda-benda cagar budaya lainnya seperti Gamelan Kuno Kyai Cokronegoro, hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati Purworejo pertama “Cokronegoro I” serta beberapa Prasasti, Arca, Lingga, Yoni, Fragmen, Lumpang, Guci, Beliung, Batu Gong,Gerabah, Menhir, dan Fosil.
Peran Museum Tosan Aji sebagai tempat wisata edukatif dengan menyajikan koleksi dan informasi yang banyak dibutuhkan untuk pendidikan sejarah serta sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan dan bernilai tinggi.
Harapannya pengunjung mampu mengadakan perenungan dan pengkajian tentang nilai-nilai luhur melalui koleksi-koleksi yang dipamerkan serta dapat mengambil hikah sebagai pesan sejarah yang harus diselamatkan sehingga dapat mensikapi perkembangan di kemudian hari yang penuh kompetitif
Langganan:
Postingan (Atom)